Munculnya fenomena “fantasi sedarah” di ranah daring telah menimbulkan keresahan besar. Ini adalah indikasi serius bahwa ruang aman bagi anak-anak semakin terancam. Diperlukan strategi komprehensif untuk melindungi generasi muda dari paparan konten berbahaya dan normalisasi perilaku menyimpang. Semua pihak harus bergerak cepat demi masa depan anak.
Salah satu pilar utama adalah pendidikan seksualitas yang komprehensif dan sesuai usia. Edukasi ini harus dimulai sejak dini di lingkungan keluarga. Anak perlu diajarkan tentang batasan tubuh mereka, hak untuk berkata “tidak” pada sentuhan tidak nyaman, dan pemahaman tentang hubungan yang sehat.
Pendidikan ini juga perlu menanamkan nilai-nilai moral dan etika. Anak harus dibekali pemahaman bahwa hubungan inses atau sedarah adalah tabu. Hal ini tidak hanya dilarang secara agama dan hukum, tetapi juga berbahaya secara psikologis dan genetik.
Peran orang tua sangat sentral sebagai sumber informasi pertama dan utama. Orang tua harus menciptakan komunikasi terbuka. Anak harus merasa aman untuk bercerita tanpa takut dihakimi atau disalahkan. Ini membangun kepercayaan dan memungkinkan deteksi dini masalah.
Selain di rumah, lembaga pendidikan juga harus berperan aktif. Kurikulum yang memasukkan pendidikan kesehatan reproduksi dan perlindungan diri harus diperkuat. Sekolah bisa menjadi sarana edukasi dan deteksi awal jika ada indikasi masalah.
Pengawasan orang tua terhadap aktivitas digital anak juga krusial. Batasi waktu layar, pantau konten yang diakses, dan gunakan fitur kontrol orang tua. Ajarkan anak tentang bahaya internet dan cara melaporkan konten atau perilaku yang mencurigakan.
Penyedia platform media sosial memiliki tanggung jawab besar. Mereka harus memperketat community guidelines dan mekanisme pelaporan konten menyimpang. Pemblokiran akun dan grup yang menyebarkan fantasi sedarah harus dilakukan secara proaktif dan berkelanjutan.
Pemerintah melalui aparat penegak hukum harus bertindak tegas. Pelaku penyebaran konten pornografi anak dan promosi inses harus dihukum berat. Penegakan Undang-Undang Perlindungan Anak dan UU ITE harus diperkuat. Ini penting untuk memberikan efek jera.
Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, lembaga pendidikan, orang tua, komunitas agama, dan masyarakat sipil sangat diperlukan. Semua pihak harus bahu-membahu menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi tumbuh kembang anak.