Dharma: Masa Pembabaran Ajaran Buddha Pencerahan

Dalam ajaran Buddha, Dharma adalah inti dari segala sesuatu. Istilah ini sering diterjemahkan sebagai “hukum alam semesta,” “kebenaran,” atau “ajaran Buddha.” Setelah mencapai pencerahan sempurna di bawah Pohon Bodhi, Siddhartha Gautama, yang kemudian dikenal sebagai Buddha, mulai membabarkan Dharma kepada dunia. Ini adalah masa krusial yang membentuk fondasi agama Buddha.

Pembabaran Dharma oleh Buddha Shakyamuni dimulai dengan khotbah pertamanya di Taman Rusa, Sarnath, kepada lima petapa yang dulunya adalah pengikutnya. Khotbah ini dikenal sebagai “Pemutaran Roda Dharma” dan berisi ajaran fundamental seperti Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang menjadi landasan bagi semua pengikut.

Empat Kebenaran Mulia mengajarkan tentang Dukkha (penderitaan), Samudaya (penyebab penderitaan), Nirodha (berakhirnya penderitaan), dan Magga (jalan menuju berakhirnya penderitaan). Ajaran ini merupakan diagnosa komprehensif tentang kondisi manusia dan solusi untuk mencapai kebebasan dari siklus penderitaan, yang menjadi esensi dari Dharma.

Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang mencakup pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencarian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar, adalah panduan praktis untuk mencapai pencerahan. Setiap unsur saling berkaitan dan harus dikembangkan secara harmonis dalam menjalani Dharma yang benar.

Selama 45 tahun berikutnya, Buddha tanpa lelah mengembara dan membabarkan Dharma kepada berbagai lapisan masyarakat. Beliau mengajarkan di mana pun dan kepada siapa pun yang bersedia mendengarkan, mulai dari raja dan ratu hingga orang miskin dan para pertapa. Setiap ajaran disesuaikan dengan kapasitas pemahaman pendengarnya.

Masa pembabaran ajaran Buddha ini ditandai dengan munculnya Sangha, komunitas monastik para biksu dan biksuni, yang mendedikasikan hidup mereka untuk mempraktikkan ajaran Buddha dan menyebarkannya. Sangha menjadi pilar ketiga dari Tiga Permata (Buddha, Dharma, Sangha), tempat berlindung bagi umat Buddha.

Ajaran Buddha, bersifat universal dan abadi. Ini bukan dogma kaku, melainkan panduan etis dan filosofis yang relevan sepanjang masa, tidak terikat oleh waktu dan tempat. Tujuannya adalah untuk membebaskan makhluk dari penderitaan melalui pemahaman dan praktik kebenaran yang hakiki.